A. Konsepsi Tentang Alam
Dalam visudha maga 2204 loka atau
seluruh alam di kelompokan atas shankharaloka, sattaloka dan okasaloka.
Shankharaloka adalah alam makhluk yang tidak mempunyai kehendak, Sattaloka
yaitu alam para makhluk hidup yang mempunyai kehendak dan Okasaloka adalah alam
tempat.[1]
1.
Sattaloka
Terdiri dari tiga puluh
satu alam kehidupan yang dapat dikelompokan atau digolongkan menjadi Kamolaka,
Rupaloka, dan Arupaloka.
a.
Kamaloka
Kamaloka merupakan alam kehidupan yang
masih senang dengan napsu birahi dan terikat oleh panca indriya. Kamaloka
terbagi menjadi 11 macam-macam alam kehidupan yang terbagi menjadi dua bagian
yakni : empat alam kehidupan yang dapat disebut Apayabhumi atau Duggatibhumi
dan tujuh alam kehidupan yang di sebut Sugatibhumi atau Kamasugatibhumi.
Apayabhumi merupakan alam neraka, tempat tumbal lahir yang paling tidak
menyenangkan, yang keadaanya lebih rendah dari pada alam kemanusiaan. Dan
apayabhimi terdiri empat macam yaitu :
1.
Tiracchana-Bhumi
atau Tiracchana-Yoni, yang merupakan alam binatang mengapa demikian karena
makhluk-makhluk yang berdiam di alam ini tidak mempunyai tempat yang khusus.
Tiracchana-Bhumi terbagi menjadi dua kelompok, yang pertama kelompok makhluk
binatang yang dapat dilihat denhan mata biasa dan yang kedua kelompok makhluk
binatang yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Dan ada empat kelompok
makhluk binatang yang tidak berkaki dan berkaki, diantaranya :
a. Apadatiracchana,
yaitu kelompok makhlik binatang yang tidak mempunyai kaki
b. Dvipadatiracchana,
kelompok makhluk binatang yang mempunyai dua kaki
c. Caturpadatiracchana,
kelompok makhluk binatang yang mempunyai empat kaki dan
d. Bahuppadatiracchana,
kelompok makhluk binatang yang mempunyai banyak kaki.
2.
Niraya-Bhumi
atau Nikaya yaitu alam neraka yang keadaanya sangat menyedihkan, dan hanya
sementara, tidak abadi. Serta tidak terdapat kesenangan dan kebahagiaan.
Niraya-Bhumi terbagi menjadi 8 macam yaitu :
1.
Sanjiva-Naraka
2. Kalasutta-Naraka
3. Sanghata-Naraka
4. Roruva-Naraka
5. Maharoruva-Naraka
6. Tapana-Naraka
7. Mahatapana-Naraka
dan
8. Avici-Naraka
3.
Peta-Bhumi atau Alam Setan yaitu makhluk yang berdiam di ala mini jauh dari kebahagiaan dan kesenangan. Dalam kitab Vinaya
dan Lakkhanasamyutta terdapat 21 macam peta di antaranya :
1. Atthisankhasika-Peta, yaitu setan yang
mempunyai tulang bersambung, tetap tidak berdaging
2.
Mansapesika-Peta, yaitu setan yang mempunyai daging terpecah-pecah, tetapi
tidak mempunyai tulang
3.
Mansapinada-Peta yaitu setan yang mempunyai daging berkeping-keping
4. Nicachaviparisa-Peta yaitu setan yang
tidak mempunyai kulit
5.
Asiloma-Peta, yaitu setan yang berbulu tajam
6. Satilloma-Peta, yaitu setan yang
berbulu seperti tombak
7. Usuloma-Peta, yaitu setan yang
berbulu panjang seperti anak panah
8. Suciloma-Peta, yaitu setan yang
berbulu seperti jarum
9.
Dutiyasuciloma-Peta, yaitu setan yang berbulu seperti jenis bulu yang kedua
10. Kumabhanda-Peta,yaitu setan yang mempunyai buah kemaluan yang sangat
besar
11.
Guthakupanimugga-Peta, yaitu setan yang bergelimpang dengan kotoran
12. Ghutakhadaka-Peta, yaitu setan yang
makan kotoran
13.
Nicachavitaka-Peta, yaitu setan perempuan yang tidak mempunyai kulit
14.
Dugagandha-Peta,yaitu setan yang berbauh
sangat busuk
15. Ogilini-Peta, yaitu setan yang
badanya seperti bara api
16. Asisa-Peta, yaitu setan yang tidak
mempunyai kepala
17. Bhikku-Peta, yaitu setan yang
berbadan seperti Bhikku
18. Bhikkuhuni-Peta, yaitu yang berbadan
seperti Bhikkuhuni
19. Sikkhamana-Peta, yaitu setan yang
berbadan seperti pelajar wanita atau calon bhikkuni
20. Samanera-Peta, yaitu setan yang berbadan
seperti samanera dan
21. Samaneri-Peta, yaitu setan yang
berbadan seperti samaneri
4.
Asurakaya-Bhumi atau Alam Asura adalah alam yang dikarenakan makhluk yang
berdiam di ala mini jauh dari kemuliaan, kebebasan, dan kesenangan.
Asurakaya-Bhumi terbagi menjadi 3 di
antaranya :
1. Dewa-Asura
kelompok dewa yang disebut kelompok asura
2. Niraya-Asura kelompok makhluk neraka yang
disebut asura dan
3. Peta-Asura
kelompok setan yang disebut asura
Tujuh
macam Sugati-Bhumi
1. Manusia
bumi atau atau alam manusia yaitu sudah mengetahui mana yang baik dan buruk.
2. Catumaharajika-Bhumi
atau alam empat dewa, yang menjadi penjuru alam (Davadhatarattha, Davairulaka,
Davavirupakkha, dan Davakuvera).
3. Tavatimsa-Bhumi,
mencapai tingkat budha
4. Yama-Bhumi,
atau alam dewa yama, terbebas dari kesulitan
5. Tusita-Bhumi,
atau alam kenikmatan,para Bodhisattva yang telah menyempurnakan paramita untuk
mencapai tingkat bhuda
6. Nimmanarati-Bhumi,
atau alam dewa yang menikmati ciptaanya
7. Paranimmita-Vasavati-Bhumi,
atau alam dewa yang membantu menyempurnakakan ciptaan dari dewa-dewa lain.
Catumaharajika-Bhumi
terbagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Akasattha-Devata,
para dewa yang berdiam di angkasa
2. Bhumamattha-Devata,
para dewa yang berdiam di atas tanah
3. Rukakhattha-Devata,
para dewa yang berdiam di atas tanah
b.
Rupaloka ( alam
kehidupan yang mempunyai rupa jhina atau alam bentuk, yang terdiri dari 16 alam
di antarannya :
1. Pathama
Jhana Bhumi ( tiga alam kehidupan Jhana)
a) Brahma
Purohita, alam para mentrinya brahma
b) Brahma
Parisajja, alam pengikut brahma
c) Maha
Brahma, alam brahma yang besar
2. Dutiya
Jhana Bhumi (tiga alam kehidupan Jhana ke 2)
a) Brahma
Parittabha, alam para brahma yang kurang bercahaya
b) Brahma
Appamanabha, alam para brahma yang tak terbatas cahanya
c) Brahma
Abhasana, alam para brahma yang gemerlap cahayanya
3. Tatiya
Jhana Bhumi (tiga alam kehidupan ke 3)
a) Brahma
Parittasubha, alam para brahma yang kurang aurahnya
b) Brahma
Appamanasubha, alam para brahma yang aurahnya penuh dan tetap
c) Brahma
Subhakina, alam para brahma yang aurahnya penuh
4. Catutha
Jhana Bhumi (alam kehidupan Jhana ke 4)
a) Brahma
Asannasatta, alam para brahma yang kosong dari kesadaran (tidak bergerak)
b) Brahma
Vehapphala, alam para brahma yang besar palanya
5. Alam
Jhana ke empat selanjutnya di sebut alam Suddahavas yang terdiri dari 5 alam
yaitu :
a) Brahma
aviha (alam kediaman para makhluk yang tidak bergerak)
b) Brahma
Atappa (alam kediaman para makhluk atau brahma yang suci)
c) Brahma
Sudassa (alam kediaman para makhluk atau brahma yang indah)
d) Brahma
Sudassi (alam kediaman para makhluk atau brahma yang terang)
e) Brahma
Akanittha (alam kediaman para makhluk atau brahma yang luhur)
c.
Arupaloka (alam
kehidupan yang mempunyai arupa Jhana atau alam tanpa bentuk) yang terdiri dari
4 alam di antaranya :
1. Akasanancayatana,
keadaan konsepsi ruangan yang tanpa batas
2. Vinnanacayatana,
keadaan konsepsi kesadaraan tanpa batas
3. Akicannayatana,
keadaan konsepsi kebohongan
4. Nevasannayatana,
keadaan konsepsi bukan pencerapanpun bukan pencerapan.[2]
Menurut ajaran budha, alam bukan dicipta
oleh tuhan melainkan dari hubungan sebab akibat. Yang mana hubungan sebab
akibat dianggap sebagai manifestasi dari satu hokum yang berlaku. Hokum yang
tetap, yang pasti, disebut dharma, yang mengatur tata tertib alam semesta,
tidak tercipta, kekal dan imanen. Daharma yang mengatur alam ini disebut
dharmaniyama yang digolongka menjadi 5 aturan atau hokum, yaitu :
1. Utuniyama
adalah hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa energy
2. Bijaniyama
adalah hukum yang menguasai
peristiwa-peristiwa biologis
3. Karmaiyama
adalah hukum yang mengatur bidang moral, yang bertumpu pada sebab akibat
4. Cittaniyama
adalah hukum yang menguasai
peristiwa-peristiwa batiniah
5. Dharmaniyama
adalah hukum yang tidak mengatur ke empat hukum di atas.[3]
B.
Konsepsi tentang
manusia
Manusia
merupakan makhluk yang menempati kedudukan khusus dan mempunyai corak yang
sangat domonan. Dalam ajaran budha manusia merupakan titik tolak atau dasar
dari ajaran seluruh budha.[4] Masalah
manusia banyak dibicarakan dalam ajaran yang disebut Trilakhana atau tiga corak
umum dalam ajaran budha. Tiga corak itu meliputi Anicca, Duhkha, dan Anatta.
Ajaran esensinya yaitu bahwa segalah bentuk yang ada di alam ini tidak kekal
atau selalu berubah-ubah.
Anicca
menyajikan pokok-pokok persoalan untuk perenungan umat budha. Perenungan
mengenai ketidak kekalan adalah adalah salah satu dari 3cara utama di dalam
meditasi ajaran budha untuk mencapai melihat kedalam vipassan.[5]
Dukha menjelaskan bahwasannya segala yang
sesuatu yang ada di alam ini merupakan dukha. Dalam ajaran budha dijelaskan
bahwa manusia dalam keadaan penderitaan, dikarenakan hidup merupakan
penderitaan yang tiada henti. Dalam ajaran catur arya satyani tentang hakikat
dukha dapat dibedahkan menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Dukha
sebagai penderita biasa atau dukha-dukha
2. Dukha
sebagai akibat dari perbuatan atau viparinamadukha
3. Dukha
sebagai keadaan yang saling bergantung atau sankharadukkha[6]
Anatta merupakan ajaran yang mengatakan
bahwa tiada “aku” yang kekal atau tetap. Maksudnya bahwa segala sesuatu tidak
mempunyai inti yang kekal (abadi). Anitta terdapat 3 tingkatan, yakni :
1. Tidak
terlalu mementingkan diri
2. Kita
tidak dapat memerintah terhadap siapa dan apa saja
3. Bila
tingkatan pengetahuan tinggi telah dicapai dan telah mempraktekan akan
pengetahuan dan menemukan bahwa jasmani dan batinya sendiri tanpa aku atau
tanpa pribadi.[7]
Dalam ajaran
budha tentang manusia juga dijelaskan dalam ajaran catur arya satya (empat
kesunyian suci). Dan manusia merupakan kumpulan dari kelompok energy fisik
mental yang selalu dalam keadaan bergerak yang disebut panchakanda atau 5
kelompok kegemaran yaitu :
1. Rupakhandha
adalah kegemaran akan wujud atau bentuk
2. Vendanakhandha
adalah kegemaran akan perasaan
3. Sannakhandha
adalah kegemaran akan penyerapan yang menyangkut intensitas indra
4. Sankharakhandha
adalah kegemaran bentuk-bentuk prilaku
5. Vinanakhandha
adalah kegemaran akan kesadaran[8]
C. Catur Paramita
Di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat
ketuhannan (paramita) yaitu di dalam bahtinnya merupakan sumber dari segala
perbuatan baik (kusalakamma) yang tercetus oleh pikiran, ucapan dan badan.
Karena itu kita kita harus dapat mengembangkan paramita itu. Demi untuk
kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan bagi hidup kita. Sifat ketuhannan itu
terdiri dari Metta, Karuna, Mudita, dan Upekha. Yang disebut catur paramita.
Disamping adanya sifat ketuhanan, terdapat pula
sifat-sifat Syetan atau jahat (mara) dalam batin manusia dan ini merupakan
sumber dari segala perbuatan buruk (akusalakamma) yang tercetus pada pikiran,
ucapan dan badan. Karena itu kita harus dapat melenyapkannya agar hidup kita
tidak terus-menerus dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tiada
henti-hentinya.
a. Catur
Paramita (Empat Sifat Ketuhanan)
1. Metta
: ialah cinta kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik
(kusalakamma). Bila ini berkembang dosa akan tertekn.
2. Karuna
: ialah kasih saying universal karena melihat suatu kesengsaraan, yang menjadi
akar perbuatan baik (kusalakamma). Bila ini berkembang lobha akan tertekan
3. Mudhita
: ialah perasaan bahagia (simpati) universal karena melihat makhluk lain
bergembira, yang menjadi akar perbuatan baik (kusalakamma). Bila ini berkembang
issa akan tertekan
4. Upekha
: ialah keseimbangan bhatin universal sebagai hasil dari melaksanaan metta.
Karuna, mudita dan upekha, juga merupakan akar dari perbuatan baik (kusalakamma). Bila ini berkembang moha akan
tertekan dan bahkan akan lenyap.[9]
D. Catur
Mara (Empat Sifat Syetan Jahat)
Mara merupakan sifat syetan yang selalu bertolak
belakang denga sifat paramita. Sifat ini dimiliki oleh manusia yang keduanya
sangat bertentangan. Yang apabila mara menguasai hidup kita akan penuh dengan
derita (dukha). Sifat mara ini di bagi
menjadi empat sifat diantaranya :
1. Dosa
: ialah kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan
akan lenyap bila dikembangkannya metta.
Dosa ini secara ethica
(ajaran tentang keluhuran budi dan peraturaan kesopanan) bearti kebencian dan secara psykologis (kejiwaan) bearti
pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek yang bertentangan.
Mengenai hal ini
mempunyai dua nama yaitu : Patigha =
jijik atau tidak senang dan Vyapada = Kemauan jahat
2. Lobha
: ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan
lenyap bila dikembangkannya karuna. Lobha ini secara etika bearti keserakaan
atau ketamaka. Tetapi secara psykologis bearti terikat pikiran pada
objek-objek. Inilah kadang-kadang disebut tanha = keinginan yang tiada
henti-hentinya : kadang-kadang juga disebut Abhijjha = mempunyai napsu serakah
dan kadang-kadang pula disebut Kama = Napsu birahi serta raga = hawa nnapsu.
3. Issa
: ialah iri hati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia.
yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila
dikembangkannya mudita.
4. Moha
: ialah kegelisahaan batin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha dan issa,
akan lenyap bila dikembangkannya upekha.
Moha bearti kebodohan dan kurangnya pengertian. Selain dari pada itu moha juga
disebut Avijjha = ketidaktahuan atau Annana = tidak berpengetahuan atau
Adassana = tidak melihat.[10]
b. Pikiran
baik dan pikiran jahat dan akibatnya
Tersebutlah
kata-kata yang di ucapan Budha Gautama dalam kitab Dhammapada, yaitu bagian
kecil dari Sutta-Pitaka yang berbunyi sebagai berikut :
Ayat
1. : Segala sesuatu adalah hasil dari pada apa yang telah dipikirkan,
berdasarkan pikiran dan di bentuk oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau
bertindak dengan pikiran yang jahat, maka penderitaan akan mengikutinya seperti
roda pedati yang mengikuti jejak kaki lembu yang menariknya.
Ayat
2 : Segala sesuatu adalah
hasil dari pada apa yang telah dipikirkan, berdasarkan pikiran dan dibentuk
oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran yang baik,
maka kebahagiaan akan mengikutinya seperti bayangan yang tidak pernah meninggalkan
dirinya.
c. Kejahatan
menerima kejahatan
a. Bilamana
kita membuat suatu kejahatan, janganlah perbuatan jahat itu terulang lagi.
Usahakan agar diri kita tidak senang dengan kejahatan, karena penderitaan
adalah sebagai buahnya.
Haruslah
diketahui bahwa sipembuat kejahatan melihat kebahagiaan selama perbuatan
jahatnya belum masuk. Tetapi bilamana perbuatan jahat telah masuk, maka barulah
ia melihat penderitaan sebagai akibatnnya.
Janganlah
kita meremehkan kejahatan dengan mengatakan, bahwa kejahatan itu tidak akan
mencelakakan diri kita.
Jika
demikian kita bagikan si dungu mengumpulkan kejahatan sedikit demi sedit,
seperti halnya tempayan akan penuh oleh air yang diisi setetes demi setetes.
b. Perbuatan
jahat adalah yang mengarahkan kita kejalan kehidupan yaitu :
Neraka atau neraya
Binatang atau
tiracchana
Setan atau peta
d.
Kebaikan menerima kebaikan.
a. Bila
kita dapat membuat sesuatu perbuatan baik, maka berusahalah terus dapat
mengulanganya perbuatan baik itu. Perlu diketahui bahwa si pembuta kebaikan
akan melihat penderitaan selama perbuaatan baiknya belum masuk. Tetapi apa bila
perbatan baiknya telah masuk, maka akan terlihalah kebahagiaan.
b.
Perbutan baik adalah yang mengarahkan kita jalan kehidupan
1.
Alam dewa : yang sebagaian besar di sebabkan oleh seseorang seperti berdana,
mendengarkan dhamma, belajar dhamma, mendengarkan dhamma, menterjemahkan
buku-buku dhamma untuk disebarluaskan, membangun vihara, membangun rumah sakit,
membangun sekolah dan lain sebagainya.
2.
Alam Brahma : yang sebaian besar di sebabkan oleh seseorang banyak sekali yang
melaksanakan samatha bhavana sehingga yang diperolehnya jhana.
Jhana
berarti kesadaran/pikiran yang melekat
kuat dalam objek kammatthana (meditasi), yaitu kesadaran/pikiran
terkonsentrasi pada objek dengan kekutan appna Samadhi (konsentrasi yang padai,
yaitu kesadaran/pikiran terpusat pada objek dengan kuat).
3
Nibbana atau Nirvana;
yang sebagain besar disebabkan oleh seseorang melaksanakan vippasana bhavana
sehingga menjadi Arahat. Arahat berarti orang suci tingkat keempat yang
terbebas dari kelahiran dan kematian atau telah bersatu dengan sanghayang adi
budha.[11]
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kehidupan di
dunia ini atau alam semeata sudah ada tata keduniaan alam yang sudah dibahas di
atas, yang semua itu berkaitan dan berhubungan erat dengan manusia dan manusia
itu sebagai makhluk hidup paling sempurna dibandingkan makhluk hidup lainnya
sehinga memiliki sifat paramita dan mara yang semuanya itu dimiliki oleh
makhluk hidup tanpa terkecuali manusia yang menempati alam semesta. Sehingga
manusia dapt memilih hidup dalam kehidupannya yang dianggap benar maupun yang
salah menurut nalurinya
[1]
Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia.h.121-122
[2]
Kebahagian Dalam Dharma, h. 300-309
[3]
Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia. h. 121-123
[4]
Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia. h. 123-124
[5]
Drs, Suwarto T, Budha Dharma Mahayana, Majlis Agama Budha Indonesia
[6]
Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia. h. 125
[7]
Drs. Suwarto T, Budha Dharma Mahayana. h. 61
[8]
Ibid
[9]
Kebahagiaan Dharma-Dharma, h. 20-21
[10]
Ibid
[11]
Kebahagiaan Dharma-Dharma, h. 22-24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar