Kata meditasi berasal dari bahasa latin, meditatio, artinya hal bertafakur, hal merenungkan, memikirkan, mempertimbangkan, atau latihan atau pelajaran persiapan. Kamus Teologi
menjelaskan meditasi adalah doa batin, merenungkan kitab suci, atau
tema-tema rohani yang lain, bertujuan untuk mencapai kesatuan dengan
Tuhan dan memperoleh pemahaman atas kehendak Tuhan.
Menurut KBBI (2001), meditasi artinya pemusatan pikiran dan perasaan
untuk mencapai sesuatu. Meditasi mengandung pengertian yang sama dengan
tafakkur, yakni menimbang-nimbang dengan sungguh-sungguh, memikirkan,
merenung, atau mengheningkan cipta. Kamus yang sama menerangkan arti
bersemadi adalah memusatkan segenap pikiran (dengan meniadakan segala
hasrat jasmaniyah).
Dalam agama Buddha kata meditasi memang dipergunakan sebagaisinonim dari semadi (samadhi) dan pengembangan batin (bhavana).
“memusatkan pikiran pada satu objek yang tunggal, inilah yang disebut
semadi”. Semadi atau meditasi atau pemusatan pikiran dinamakan juga
konsentrasi.
- A. Semadi Benar
Semadi benar didefinisikan sebagai pikiran yang baik, tepatnya yaitu kesadaran (citta) dan corak batin (cetasika)
yang baik, terpusat dengan mapanpada satu objek. Pikiran yang baik atau
suci lebih penting dari pada terpusat, karena meskipun terkonsentrasi,
pikiran yang buruk menghasilkan semadi yang salah.
Semadi memiliki karakteristik pikiran yang tidak kacau, atau tidak
terganggu, memiliki fungsi mengatasi kekacauan, menyebabkan tercapainya
ketenangan. Manifestasinya tidak bergelombang. Sebab yang terdekat yang
menimbulkan pemusatan pikiran adalah kebahagiaan. “dengan merasa
bahagia, pikirannya menjadi terpusat”.
- 1. Tiga Faktor Semadi
Sebagai salah satu faktor dari jalan mulia berunsur delapan,
semadi benar tidak terpisahkan dari daya upaya benar dan perhatian
benar.
Daya upaya benar yaitu Empat Usaha yang Benar, yang dilaksanakan dengan giat dan penuh semangat:
- Usaha mencegah timbulnya pikiran buruk, yang tidak menguntungkan, yang menimbulkan kerinduan dan kesesalan, dengan cara menjaga, mengawasi, dan mengendalikan semua indera.
- Usaha melenyapkan pikiran yang diliputi hawa nafsu yang sempat muncul, dengan mencampakkannya, mangakhirinya, mengalihkan pikiran pada sesuatu yang baru.
- Usaha membangkitkan atau mengembanglkan faktor penerangan sempurna, melalui ketenangan, kelepasan, pengakhiran, dengan tujuan mencapai kebebasan.
- Usaha mempertahankan objek konsentrasi yang telah berhasil dicapai.
Perhatian benar yaitu Empat Landasan Kesadaran, berupa perenungan terhadap:
- Badan jasmani
- Perasaan
- Fikiran
- Fenomena dharma
- a. Tiga Kelompok Satu Jalan
“Para Biku, suatu yang tidak mungkin, menguasai semadi tanpa
menguasai sila. Tidak mungkin pula menguasai kebijaksanaan tanpa
menguasai semadi”. Semua faktor dari Jalan Mulia Berunsur Delapan, yang
dikelompokkan sebagai sila, semadi, dan kebijaksanaan, membentuk satu
jalan saja. Ketiga kelompok saling bergantung, bagaikan sebuah pot
berkaki tiga, yang terbalik jika langsung patah salah satu kakinya.
Ada tiga macam latihan, yaitu latihan didalam sila yang tinggi (adhisila- sikkha), kesadaran yang tinggi (adhicitta-sikkha) dan kebijaksanaan yang tinggi (adhipanna-sikkha). Seorang praktisi hidup bermoral dan terkendali menurut winayana,
sempurna tingkah laku dan pergaulannya, takut melakukan pelanggaran
walau kecil sekalipun, melatih dirinya dalam peraturan-peraturan
berdasarkan sila. Melatih kesadaran dengan membebaskan diri dari hal-hal
yang berhubungan dengan hawa nafsu, bebas dari karma-karma yang tidak
baik, masuk kedalam jhana tingkat demi tingkat. Melatih
kebijaksanaan dengan memahami kebenaran apa adanya, mengenai adanya
duka, asal mula duka, lenyapnya duka dan jalan menuju lenyapnya duka.
Latihan kesadaran yang tinggi adalah praktik untuk mencapai
ketenangan batin, dan latihan kebijaksanaan yang tinggi adalah praktik
untuk mencapai pandangan terang. Kedua macam praktik ini dinamakan bhavana atau kammatthana (Thana dasar, fondasi pengembangan bain).
- a. Tujuan dan Manfaat Semadi
- Ø Tujuan
Berdasarkan metode yang diajarkan oleh Buddha, tujuan meditasi adalah mencapai ketenangan batin (samatha) dan pandangan terang (vipassana), dengan tujuan akhir satu-satunya untuk memperoleh keadaan batin yang tidak tergoyahkan (akuppa ceto vimutti),
jaminan tertinggi untuk terbebas dari semua belenggu batin dengan
mengikis habis semua kotoran batin. “orang bijaksana tekun bersemadi,
selalu berusaha keras, akan mencapai nirvana, kebebasan mutlak,
kebahagiaan tiada tara”.
- Manfaat
Hasil latihan meditasi berupa kemajuan spiritual akan membuat
hidup praktisi menjadi lebih baik. Meditasi menghasilkan kesabaran,
ketenangan dan kedamaian. Pengaruhnya terhadap keseimbangan batin
keharmonian fisik, mental dan spiritual membentk praktisi untuk
berpikir jernih dan menumbuhkan kecerdasan.
- b. Kesesuaian Jenis Watak
Pokok-pokok objek meditasidikembangkan sesuai dengan penggolongan watak manusia. Yaitu:
- Watak yang penuh nafsu (raga-carita)
- Watak yang penuh kebencian (dosa-carita)
- Watak yang dungu (moha-carita)
- Watak yang mudah percaya (saddha-carita)
- Watak yang cerdas (buddhi-carita)
- Watak yang spekulatif / melamun (vitakka-carita)
Penilaian watak berdasarkan sifat seseorang yang dominan, dengan
memperhatikan antara lain postur, cara kerja, cara makan dan
makanannya, caa melihat sesuatu, keadaan dan kelakuan yahng
ditunjukkannya.
- c. Pencapaian Konsentrasi
- a. Tingkatan konsentrasi
Ada tiga tingkatan konsentrasi, yaitu:
- Konsentrasi sesaat (khanika-samadhi)
- Konsentrasi permulaan (upacara-samadhi)
- Konsentrasi penuh (appana-samadhi)
- a. Faktor-Faktor Jhana
Jhana merupakan keadaan batin diluar aktivitas panca indera.
Aktivitas panca indera berhenti, tidak muncul kesan-kesan yang datang
dari semua indera itu, namun kesadaran tetap terpelihara, dan batin
tetap aktif.
Dalam meditasi pandangan terang tidak diperlukan jhana. Orang yang melakukan vipassana-bhavana
harus memulai dari konsentrasi permulaan sampai ia memiliki
kebijaksanaan yang sempurna. Dengan itu ia dapat mengembangkan gambaran
batin, dan mengakhiri proses tumimbal-lahir.
- a. Rintangan Konsentrasi
- Lima rintangan Batin
Terdapat liima rintangan berupa kotoran batin, yang terdiri dari:
- Nafsu keinginan akan objek indra yang menyenangkan
- Niat atau kemauan jahat, dendam
- Kemalasan dan kelesuuan
- Kegelisahan dan kelesuan
- Keraguan
- a. Rintangan Pandangan Terang
Yang menghambat perkembangan pandangan terang terdiri dari:
- Ø Sinar-sinar gemerlapan, kegiuran, ketenagan, kebahagiaan, keyakinan yang membawa gairah, usaha, ingatan yang tajam, pengetahuan langsung, keseiimbangan batin, perasaan puas terhadap objek-objek.
- b. Praktik Meditasi
- a. Persyaratan Internal Meditator
- Memiliki sila
- Menghilangkan berbagai rintangan fisik, yaitu kehawatiran
- Mendekati guru dengan cara yang benar, hormat dan percaya terhadap guru, memberitahukan apa yang kita inginkan darinya
- Mempelajari sifat semadi yang baik
- Memilih tempat atau lingkungan untuk latihan meditasi, sesuai dengan watak praktisi
- Mempunyai objek semadi yang sesuai dengan watak masing-masing yang dominan
- Melenyapkan rintangan-rintangan kecil
- Menimbulkan, mempertahannkan dan mengembangkan gambaran batin
- b. Posisi Tubuh
Meditasi duduk seperti pada praktik za-zen (za duduk bersila, zen meditasi), bisa di dahului dengan beberapa gerakan latihan pendahuluan.
Praktisi yang memilih posisi berdiri, menempatkan kakinya sedikit
renggang. Kedua tangan didepan tubuh, tangan kanan memegang tangan kiri.
Keseimbangan tubuh harus dijaga supaya batin tenang.
Meditasi cara berjalan disebut cankamana. Pemula berjalan perlahan-lahan agar dapat mengembangkan perhatian kesadaran (satti). Terdapat beberapa cara berjalan yaitu:
- Berjalan dengan menghitung langkah kaki.
- Berjalan dengan menyadari langkah maju, mundur, kekiri dan kekanan. Menyadari gerakan kaki kanan sewaktu kaki kanan melangkah, kaki kiri sewaktu kaki kiri melangkah. Gerakan setiap tangan pada waktu berjalan juga harus disadari.
- Berjalan dengan menggunakan objek meditasi gambaran tubuh, seolah-olah melihat tubuh sendiri, dan mengamati seluruh kegiatan atau gerakan tubuh.
- b. JALAN ARIYA BERUAS DELAPAN (Jalan Tengah)
Jalan Arya Beruas Delapan (Kebenaran ARYA Keempat) adalah suatu
rumus yang sistematik dan lengkap untuk lepas dari ketidakpuasan dan
mencapai kebahagiaan sejati. Jalan ini berisi segala sesuatu yang
diperlukan untuk kehidupan yang mulia, kejernihan pemahaman, dan
pencapaian kebijaksanaan, yang menghindari ekstrem pemanjaan diri
maupun penyaksian diri. Kedelapan faktor Jalan AriyA Beruas Delapan
dapat dibagi kedalam tiga aspek diantaranya sebagai berikut:
1. Disiplin Moral (Sila):
- Perkataan Benar
- Perbuatan Benar
- Penghidupan Benar
2. Pengembangan Bathin (Samhadi):
- Usaha Benar
- Perhatian Benar
- Konsentrasi Benar
3. Kebijaksanaan (Panna):
- Pandangan Benar
- Kehendak Benar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar