Pengertian
Bahá’í adalah agama
yang independen dan bersifat universal, bukan sekte dari agama lain. Pesuruh
Tuhan dari agama Bahá’í adalah Bahá’u’lláh, yang mengumumkan bahwa tujuan
agama-Nya adalah untuk mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan manusia
dan memperbarui lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keesaan
Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan seluruh umat manusia.
Umat
Bahá’í berkeyakinan bahwa agama harus menjadi sumber perdamaian dan
keselarasan, baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun dunia. Umat Bahá’í
telah dikenal sebagai sahabat bagi para penganut semua agama, karena
melaksanakan keyakinan ini secara aktif.
Sejarah
Sekte islam syiah terutama di persia selalu mengajarkan
12 orang keturunan ali yang sah.12 orang tersebutlah yang menunjukan pintu
gerbang kepada pengikutnya untuk memperoleh jalan menuju kebenaran agama.imam
yang ke 12 hilang pada abad ke 19 dan kaum syiah selalu percaya bahwa suatu
saat nanti dia akan muncul kembali sebagai mahdi.[1]
Bahaullah
sebagai pendiri
Sayyid Ali muhamad
yang lebih dikenal dengan gelarnya bab dilahirkan pada tanggal 20 oktober 1819
di shiraz iran,bab berasal dari keluarga terkemuka dan mulia merupakan
keturunan nabi muhamad.ayahnya meninggal ketika bab masih kecil dan bab diasuh
dan di besarkan oleh pamanya.ketika sekolah ia memiliki kemampuan yang luar
biasa dan akhirnya ia keluar dari sekolah dan ketika dewasa ia bekerja bersama
pamanya sebagai pedagang di Bushihr sebuah kota di brat daya kota shiraz,pada
saat itulah bab menikah dan mempunyai anak yang bernama Ahmad dan meninggal
ketika masih bayi pada tahun sebelum bab mengumumkan dirinya sebagai qaim yang
di janjikan.
Sekitar
tahun 1840 bab tinggal selama setahun di kota kota suci syiah di irak tempat
dia menjalin kontak langsung dengan
Sayyid khazim Rasyti,pemimpin madzhab syaikiyah semi ortodoks yang menekan
gagasan esoteris.
Setelah
wafatnya sayyid khazim pada awal tahun 1844 seorang muridnya yang terkemuka
yang bernama Mulla husayn pergi ke sebuah masjid dan bermeditasi selama 40
hari.mulla husayn terus kesana kemari
mencari qaim yang telah dijanjikan itu dan akhirnya ia ketemu dengan bab
dan setelah berbincang bincang lalu bab menunjukan bukti bukti yang jelas bahwa
beliaulah qaim yang di janjikan,ia menulis dengan sangat cepat bagian pertama dari tafsirnya al-qur’an surat
yusuf kemudian ia menyampaikan kata-kata berikut kepada mulla husayn:[2]
“wahai engkau yang pertama beriman
kepadaku sesungguhnya aku katakan,akulah bab pintu tuhan dan engkaulah babul
bab pintu dari segala pintu itu.
Pada
tahun 1844 seorang muslim syiah bernama Mirza ali Muhamad menyatakan dirinya
sebagai imam yang ke 12yang dijanjikan.ia menyebut dirinya dengan nama bab
al-din(pintu agama)dan memberi dukungan yang luas pada perbaikan sosial seperti
peningkatan status wanita.bab al-din mengumpulkan muridnya dan membentuk
kelompok yang disebut babis.kelompok ini tidak bertahan lama karena berhasil di
hancurkan melalui kekuatan agama dan politik bangsa persia.pada tahun 1850 bab
al din dihukum mati di depan khalyak ramai,sedangkan muridnya ada yang di
penjara atau di hukum mati.sebelum mati beliau menjanjikan bakal ada seseorang
yang membawa agama universal.jasad bab diselamatkan oleh para pengikutnya dan
diawetkan.akhirnya jasad bab dipindahkan ke haifa di palestina tempat ia di
kuburkan.
Salah
satu murid bab yang dipenjara Mirza Husein ali adalah seorang anak dari
keluarga terkemuka di persia,keluarga mirza tidak di hukum mati bersama bab
tetapi di penjara di teheran.pada tahun 1852 para pengikut bab yang lain
merencanakan pembunuhan terhadap syakh iran yang menyebabkan terjadinya
penganiyayan terhadap kelompok ini,mirza ali di asingkan ke bagdad selama 10
tahun.selama dalam perasingan mirza ali menampakan dirinya sebagai seorang yang
diramalkan bab al din.
Ketika
diasingkan dari bagdad ke konstantinovel pada malam keberangkatanya dia
menyatakan kepada para pengikutnya sebagai orang yang di janjikan bab al
din.pernyataan ini terjadi di Ridwan dekat baghdad dan sekarang ini setiap
tahun diperingati oleh kaum baha’i dengan suatu pesta.mirza menyebut dirinya
bahaullah(keagungan Allah) dan para pengikut bab al din yang menerima dan
mengikuti ajaranya disebut sebagai kaum baha’i.
Pada
tahun-tahun perkembanganya bahaullah dan pengikutnya di usir dari satu kota ke
kota lainya di wilayah timur tengah.dari konstantinopel mereka pergi ke
andrianople.akhirnya mereka diasingkan dan di penjarakan di turki di kota acca
palestina.orang yang pertama kali dipenjarakan adalah Bahaullah kemudian di
ikuti oleh sekitar 80 pengikutnya yang di penjarakan selama 2 tahun di barat
militer.pada saat penjara mereka hidup menderita dan sengsara karena lapar dan
sakit.selain itu mereka dipindahkan ke tempat lain yang sedikit lebih
menyenangkan.bahaullah dibebaskan namun ia menjalani sisa hidupnya sebagai
orang tahanan pemerintahan turki di acca.sekalipun ditahan selama beberapa
tahun di acca dia menyebarkan ajaran-ajaranya tentang persatuan dan perdamaian
dunia.
Pada
saat itu ia telah menulis beberapa buku dan tulisan-tulisan lainaya.salah satu
tulisan tersebut yang berisi tentang tujuan dan misinya dikirimkan pada paus
dan beberapa kepala negara dunia serta meminta bantuan mereka dalam
meningkatkan perdamaian dunia,dia menulis beberapa buku diantaranya kitabi
aqdas,kitabi iqan,dan the hidden words.dia meninggal di acca pada tahun 1892
pada usia 75 tahun.
Kepemimpinan
gerakan baha’i di lanjutkan oleh anaknya,Abbas Effendi yang dikenal dengan
abdul baha.abdul baha melanjutkan program pengjaran ayahnya pada tahun 1908 dia
di bebaskan oleh pemerintah turki.sisa hidupnya ia gunakan untuk melakukan
perjalan jauh sampai ke negri eropa dan amerika utara
guna menyebarkan doktrin-doktrin baha’i dan mendirikan beberapa perkumpulan
baha,i di berbagai daerah.pada tahun 1920 kerajaan inggris menganugrahkan gelar
kebangsawanan kepadanya.
Pada
tahun 1021 kepemimpinan gerakan Baha’i di lanjutkan oleh cucu lelakinya,shogi
Effendi yang melanjutkan usaha pendirian lokal dan nasional di banyak negara
hingga wafatnya pada tahun 1957.setelah itu,pemimpin baha’i bukan lagi
berdasarkan keturunan Bahaullah tetapi oleh seorang yang dipilih dari berbagai
perkumpulan baha’i di seluruh dunia.
Ajaran
Baha’i
Ke
esaan Tuhan
Bahá’u’lláh
mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Agung, yakni Tuhan Yang Maha
Esa yang telah mengirim para Rasul dan Nabi untuk membimbing manusia. Oleh
karena itu, semua agama yang bersumber dari satu Tuhan ini, haruslah
menunjukkan rasa saling menghormati, mencintai, dan niat baik antara satu
dengan yang lain.
“Tiada keraguan apa pun bahwa semua manusia di dunia,
dari bangsa atau agama apapun, memperoleh ilham mereka dari satu Sumber
surgawi, dan merupakan hamba dari Satu Tuhan.” — Bahá’u’lláh
Umat Bahá’í percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam
semesta dan Dia bersifat tidak terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Tuhan
tidak dapat dipahami, dan manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas
Keilahian-Nya. Oleh karena itu, Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-Nya
dikenal manusia melalui para Rasul dan Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna,
Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan Bahá’u’lláh. Para Rasul dan Nabi yang suci
itu bagaikan cermin yang memantulkan sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan. Mereka
merupakan saluran suci untuk menyalurkan kehendak Tuhan bagi umat manusia
melalui Wahyu Ilahi, yang terdapat dalam Kitab-kitab Suci berbagai agama di
dunia. Wahyu Ilahi adalah “Sabda Tuhan” yang dapat membuka potensi rohani
setiap individu serta membantu umat manusia berkembang terus-menerus menuju
potensinya yang tertinggi.
Keselarasan
dan Toleransi antar Umat Beragama
Umat Bahá’í percaya bahwa tujuan agama adalah mewujudkan
persatuan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia. Saling menghormati dan
mencintai serta kerja sama di antara pemeluk agama yang berbeda akan membantu
terwujudnya masyarakat yang damai. Karena itu, umat Bahá’í aktif berperan di
berbagai usaha serta proyek-proyek yang memajukan persatuan agama dan yang
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap agama-agama lain. Umat Bahá’í
menghormati keanekaragaman dalam melakukan ibadah keagamaan.
penuh semangat untuk mengabdi kepada rakyat banyak,
melupakan manfaat duniawi bagi dirinya sendiri, dan bekerja hanya demi kebaikan
umum.”-----‘Abdu’l-Baha
Kesatuan Dalam Keanekaragaman
Salah satu ciri khas masyarakat Bahá’í di seluruh dunia
adalah keanekaragaman anggotanya. Agama Bahá’í merangkul orang-orang yang
berasal dari ratusan ras, suku, dan bangsa, bermacam-macam profesi, serta
berbagai golongan sosial ekonomi----semuanya bersatu demi mengabdi pada
kemanusiaan. Dalam masyarakat Bahá’í keanekaragaman dihormati dan dihargai; dan
pengalaman persatuan ini menunjukkan bahwa umat manusia, dengan segala
keanekaragamannya, dapat hidup bersatu dengan penuh kedamaian dan cinta.
“Orang-orang yang dianugerahi dengan keikhlasan dan
iman seharusnyabergaul dengan semua kaum
dan bangsa di dunia dengan perasaan gembira dan hati yang cemerlang, oleh
karena bergaul dengan semua orang telah memajukan dan akan terus memajukan
persatuan dan kerukunan, yang pada gilirannya akan membantu memelihara
ketentraman di dunia serta memperbarui bangsa-bangsa.”-----Bahá’u’lláh
“Engkau adalah buah-buah dari satu pohon, dan daun-daun
dari satu dahan. Bergaullah engkau satu sama lain dengan penuh cinta dan
keselarasan , dengan persahabatan dan persaudaraan. Sedemikian kuat cahaya
persatuan itu sehingga dapat menerangi seluruh dunia.” Bahá’u’lláh
“Keanekaragaman umat manusia seharusnya menjadi penyebab
cinta dan keselarasan, seperti halnya dalam musik di mana banyak nada yang
berbeda-beda dipadukan dalam sebuah paduan nada yang sempurna. Jika engkau
bertemu dengan orang-orang dari ras atau warna kulit yang berbeda denganmu,
janganlah mencurigai mereka dan menarik dirimu ke dalam cangkang adatmu, tetapi
sebaliknya bergembiralah dan perlihatkanlah keramahan terhadap mereka.
Anggaplah mereka sebagai bunga-bunga mawar yang berwarna-warni, yang tumbuh di
kebun indah kemanusiaan, dan bergembiralah karena engkau berada bersama mereka.
Demikian juga, jika engkau bertemu dengan orang-orang yang
mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda dengan pendapatmu, janganlah berpaling
dari mereka. Semua mencari kebenaran, dan ada banyak jalan yang menuju ke sana.
Kebenaran memiliki banyak aspek, tetapi kebenaran selalu tetap satu.”-------‘Abdu’l-Baha
Kesatuan
Umat Manusia
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di
hadapan Tuhan, dan mereka harus diperlakukan dengan baik, harus saling
menghargai dan menghormati. Bahá’u’lláh mencela prasangka ras dan kesukuan,
serta mengajarkan bahwa semua orang adalah anggota dari satu keluarga manusia,
yang justru diperkaya dengan keanekaragamannya.
Sifat
Roh dan Kehidupan Sesudah Mati
Umat Bahá’í
percaya tentang adanya roh yang kekal yang ada pada setiap manusia walaupun
kita tidak sepenuhnya mampu memahami sifat roh itu. Bahá’u’lláh bersabda:
“Engkau telah menanyakan
kepada-Ku mengenai hakikat roh. Ketahuilah bahwa sesungguhnya roh adalah sebuah
tanda Tuhan, sebuah permata surgawi yang kenyataannya telah gagal dipahami oleh
orang-orang yang paling terpelajar, dan tidak ada akal, betapa pun tajamnya,
yang dapat berharap untuk membuka rahasianya.”
Dalam
kehidupan yang fana ini, roh seseorang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
hubungan rohaninya dengan Tuhan. Hubungan ini dapat dipelihara dengan jalan
mengenal Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya yang diwahyukan oleh para Rasul dan
Nabi-Nya, seperti cinta pada Tuhan, doa, meditasi, puasa, disiplin moral,
kebajikan-kebajikan Ilahi, menjalankan hukum-hukum agama, dan pengabdian kepada
umat manusia. Semua itu memungkinkan manusia untuk mengembangkan sifat-sifat
rohaninya, yang merupakan pondasi bagi kebahagiaan manusia serta kemajuan
sosial, dan juga untuk menyiapkan rohnya untuk kehidupan sesudah mati.
Agama Bahá’í
mengajarkan bahwa realitas rohani setiap manusia, yaitu roh, adalah abadi. Pada
saat kematian, roh manusia akan melanjutkan perjalanannya dalam alam rohani.
Orang-orang yang telah menaati ajaran-ajaran para Rasul dan telah mengembangkan
kapasitas rohani mereka, kelak sesudah mati, akan mendapatkan keuntungan atas
perbuatan-perbuatan mereka. Bahá’u’lláh bersabda:
“Ketahuilah olehmu bahwa roh,
setelah berpisah dari tubuhnya, akan terus maju hingga mencapai hadirat Tuhan
... Roh itu akan ada selama berlangsungnya kerajaan Tuhan, kedaulatan-Nya,
kekuasaan dan kekuatan-Nya. Ia akan memperlihatkan tanda-tanda Tuhan dan
sifat-sifat-Nya, dan akan mewujudkan kasih sayang dan kedermawanan-Nya. Gerakan
pena-Ku terhenti tatkala ia berupaya untuk menggambarkan dengan patut keluhuran
dan
kemuliaan kedudukan yang maha
tinggi itu… Diberkatilah roh yang pada saat berpisah dari tubuhnya, disucikan
dari segala khayalan sia-sia semua kaum di dunia. Roh semacam itu hidup dan
bergerak sesuai dengan Kehendak Penciptanya, dan memasuki Surga Yang Maha
Tinggi. Bidadari-bidadari Firdaus, para Penghuni Surga Terluhur, akan
berkeliling di sekitarnya, dan Nabi-nabi Tuhan serta orang-orang pilihan-Nya,
akan bergaul dengannya. Roh itu akan dengan bebas bercakap-cakap dengan mereka,
dan akan menceritakan kepada mereka apa yang telah dialaminya di jalan Tuhan,
Tuhan sekalian alam … Para Nabi dan Rasul Tuhan telah diutus hanya dengan
tujuan membimbing umat manusia ke jalan lurus kebenaran. Maksud yang mendasari
wahyu semua Nabi dan Rasul itu adalah untuk mendidik semua manusia, agar pada
saat kematiannya manusia dapat naik dalam keadaan yang paling suci dan murni
serta lepas dari segala-galanya, ke hadapan takhta Yang Maha Tinggi ... ”
“Alam baka berbeda dengan alam
in,i seperti halnya alam ini berbeda dengan alam janin yang masih berada dalam
kandungan ibunya. Ketika roh mencapai Hadirat Tuhan, ia akan mendapatkan wujud
yang paling cocok dengan keabadiannya dan yang pantas bagi kediaman
surgawinya.”
Budi
Pekerti yang Luhur
Umat Bahá’í
percaya bahwa manusia harus berupaya memperoleh sifat-sifat mulia serta
bertingkahlaku sesuai dengan standar moral yang tinggi. Salah satu tujuan dasar
kehidupan Bahá’í adalah mengembangkan dan memperoleh sifat-sifat mulia seperti
kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan, sifat dapat dipercaya,
niat yang murni, dan semangat pengabdian. Umat Bahá’í dilarang bergunjing,
berbohong, mencuri, dan berjudi. Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada
anak-anak sejak usia dini, sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan
mengarahkan mereka kepada Tuhan, sehingga dengan demikian mereka akan lebih
mampu mengabdi pada umat manusia.
“Maksud Tuhan Yang Maha Esa
dalam menyatakan Dirinya adalah untuk memanggil seluruh umat manusia kepada
kejujuran dan ketulusan, kepada kesalehan dan sifat dapat dipercaya, kepada
ketawakalan serta ketaatan pada Kehendak Tuhan, kepada ketabahan dan kebaikan
hati, kepada keadilan dan kearifan. Tujuan-Nya adalah untuk membalut setiap
manusia dengan pakaian watak yang suci, serta menghiasinya dengan perhiasan
perbuatan-perbuatan yang suci dan baik.” — Bahá’u’lláh
“Cahaya dari watak yang baik
melebihi cahaya dan kecemerlangan matahari. Barangsiapa mencapai tingkat ini,
dianggap sebagai permata di antara manusia. Kemuliaan dan keluhuran dunia
tergantung padanya ... ” — Bahá’u’lláh
“ ... bukankah tujuan setiap
Wahyu adalah mewujudkan perubahan menyeluruh pada karakter manusia, suatu
perubahan yang akan terwujudkan baik ke dalam maupun ke luar, yang akan
mempengaruhi kehidupan batinnya maupun kondisi lahirnya?” — Bahá’u’lláh
“Semua manusia diciptakan untuk
memajukan peradaban yang terus berkembang. Kebajikan-kebajikan yang sesuai
dengan harkat manusia ialah kesabaran, belas kasihan, kemurahan hati, dan cinta
kasih terhadap semua kaum dan umat di bumi ... ” — Bahá’u’lláh
Kemandirian dalam mencari kebenaran
Dalam pencarian kebenaran mesti
indevenden,tidak terkekang oleh sikap takhayul atau tradisi.setiap orang yang
ingin jadi pengikut baha’i harus memiliki keinginan untuk mencari kebenaran
Tuhan tanpak menyandarkan diri kepada para Nabi atau tradisi-tradisi masa
lalu.kebebasan manusia melihat perwujudan tuhan melalui pandangan kesatuan dan
memandang semua urusan dilihat dengan tajam.merupakan salah satu dasar
pengajaran baha’i.
Persamaan kaum wanita dan pria
Baha’i
barangkali hanya satu satunya agama di dunia yang sejak semula menegaskan
tentang kesamaan wanita dan pria.
Kemanusiaan
seperti seekor burung dengan dua sayapnya.sayap yang satu adalah jantan dan
yang lainya adalah betina.jika kedua sayap tersebut tidak kuat dan tidak di
dorong oleh kekuatan yang seimbang burung tersebut tidak bisa terbang.sesuai
dengan semangat zaman ini,kaum wanita harus maju dan memperoleh tugasnya
disemua bidang kehidupan sehingga menjadi sama.
Pendidikanmerupakan kewajiban yang harus diterapkan.sekalipun bahaullah dan
abdul baha tidak pernah memperoleh kesempatan dalam pendidikan formal keduanya
mengajarkan bahwa pendidikan universal merupakan syarat mutlak bagi perdamain
dan stabilitas dunia.
Bahasa universal. Menambah pandangannya tentang pendidikan universal.
Baha’i mengajarkan bahasa yang universal, sebagaimana bahaallah yang pernah
menyatakannya, “kami telah memerintahkan para wakil dewan peradilan, baik yang
berasal dari kultur setempat maupun dari wilayah-wilayah baru, dan dalam
kaitannya dengan sumber-sumber tulisan umum, mengajarkan tulisan-tulisan
tersebut kepada anak-anak di semua sekolah di seluruh dunia, sehingga dunia
menjadi satu tanah dan rumah”. Abdul baha adalah seorang penganjuruntuk
menggunakan bahasa esperanto sebagai bahasa universal.
Perbedaan
antara kekayaan dan kemiskinan harus di hilangkan.
Bahaallah datang dari kalangan keluarga kaya,
tetapi menghabiskan masa hidupnya, lebih banyak di penjara sehingga dia
benar-benar menyadari dan merasakan perbedaan tersebut.oleh karena itu, ia
meyakini bahwa perbedaan tersebut tidak sehatdan tidak normal danharus
dihilangkan. Sekalipun demikian, ia tidak memberikan rencana terperinci tentang
sebagaimana seharusnya mengubah kondisi demikian. Hanya saja, dia menganjurkan
kepada golongan kayadi seluruh dunia untuk bermurah hati dan menyumbangkan
sebagian hartanya kepada orang miskin. Dia pun menganjurkan kepada semua
pemerintahan di seluruh dunia untuk membuat peraturan atau undang-undang yang
menghalangi trjadinya jurang pemisah yang tajam antara yang miskin dan kaya.
Pendidikan Diwajibkan bagi Setiap Manusia
Bahá’u’lláh memberi kewajiban kepada orang tua untuk
mendidik anak-anak mereka, baik perempuan maupun laki-laki. Jika orang tua
tidak mampu memenuhi kewajiban ini karena keadaan ekonominya, masyarakat harus
membantu mereka. Di samping pelajaran keterampilan, keahlian, seni, dan ilmu
pengetahuan, perlu diperhatikan juga pendidikan akhlak dan moral anak-anak.
Tanpa pendidikan, seseorang tidak mungkin mencapai seluruh potensinya atau
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan
haruslah
universal dan wajib.
Memajukan Perkembangan Kaum
Wanita
Harus tersedia kesempatan yang sama bagi perkembangan
wanita dan pria, terutama kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Wanita dan pria adalah bagaikan dua belah sayap dari burung kemanusiaan.
Perkembangan seluruh kemampuan dan potensi masyarakat hanya dapat di wujudkan
bila kedua sayapnya itu sama kuat.
Bahaulahterusmendesakkaum pria untuk
menyadaridan memberikanrumuspenuhdengankesempurnaanlatendalam diri[4]
Sembahyang Wajib, Puasa, dan Doa
Umat Bahá’í seperti juga umat agama-agama lainnya,
diwajibkan untuk bersembahyang yang dilaksanakan secara individu, serta untuk
berpuasa selama periode tertentu. Selain sembahyang wajib, terdapat pula banyak
doa dan Tulisan Suci lainnya yang dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari.
Kewajiban-kewajiban kerohanian itu membantu orang-orang Bahá’í untuk memenuhi
tujuan hidup mereka, yaitu mengenal dan menyembah Tuhan dan berkembang secara
rohani
Pembentukan
liga bangsa-bangsa
dunia peradilan
yangmemutuskan pertentangan dan perselisihan antara bangsa-bangsa harus
dilembagakan. Empat puluh tahun sebelum terbentuknya bangsa bangsa Bahaullah
telah mengusulkan dibentuknya organisasi ini dari sel penjaranya di Acca namun
ketika liga bangsa bangsa di bentuk setelah perang dunia ke 1 Abdul baha
menganggapnya terlalu lemah untuk efektif.
Akhirnya semua puncak dari ajarah Baha’i
adalah membangun perdamaian yang permanen dan universal dan menjadi cita-cita
utama seluruh umat manusia.
Berbeda dengan islam dan agama-agama barat
lainya baha’i meyakini bahwa neraka dan surga bukanlah tempat.akan tetapi
kondisi dari jiwa yang tiada lain adalah realitas manusia.sifatnya abadi dan
terus sesuai dengan keinginan tuhanmaka itulah surga.sebaliknya jika jiwa
manusia adalah tuhan maka itulah neraka.dengan demikian penggambaran surga pada
agama lain hanya simbol bukan yang sebenarnya.
Ketika Baha’i berbicara tentang persatuan
umat yang dimaksud bukan hanya kesatuan dalam hidup ini saja melainkan kehidupan
dan mati sekaligus.dengan demikian hidup dan mati itu saling berkaitan
erat.Abdul Baha meyakini bahwa pandangan ini dihubungkan dengan kekuatan
istimewa para nabi dan orang orang suci yang melihat ke dunia lain melambangkan
adanya saling keterkaitan.
Berdasarkan kepercayan Baha’i tentang
kesatuan mutlak Tuhan maka dalam segala hal tidak boleh ada kejahatan,jika
Tuhan itu ada dan sama tidak ada tokoh setan di alam semesta.sebagaimana
kegelapan hanyalah tidak ada cahaya.dengan demikian munculnya kejahatan
hanyalah keadan yang baik menurut abdul baha.
“Dalam Dunia tidak ada kejahatan semua
adalah baik,sifat dan bakat manusia tertentu yang nampaknya jelek pada kenyatan
tidak demikian.
RUMAH – RUMAH IBADAH BAHÁ’Í
Rumah ibadah Bahá’í dibangun dengan dana yang berasal dari
sumbangan orang-orang Bahá’í dari seluruh dunia. Rumah Ibadah ini
dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dikenal dengan nama *Mashriqu’l-Adhkár,
yang secara harfiah berarti “tempat terbit pujian kepada Tuhan.” Rumah
ibadah Bahá’í terbuka bagi penganut dari semua agama.
Rumah ibadah tersebut merupakan tempat untuk berdoa dan
bermeditasi bagi individu dan masyarakat. Saat ini, rumah ibadah Bahá’í sudah
ada di setiap benua di dunia: di New Delhi, India; di Apia, Samoa Barat; di
Kampala, Uganda; di Sidney, Australia; di Panama City, Panama; di Wilmette,
Illinois, Amerika Serikat; dan di Frankfurt, Jerman. Di seluruh dunia, sudah
disiapkan lebih dari 120 lokasi tempat akan didirikannya rumah-rumah ibadah
tersebut. Pada masa yang akan datang setiap masyarakat Bahá’í setempat akan
mempunyai rumah ibadahnya sendiri.
Rumah ibadah Bahá’í bebas untuk
memiliki rancangannya sendiri, namun semua harus mengikuti pola arsitektur yang
bertemakan ketunggalan , yakni harus mempunyai sembilan sisi dan sebuah kubah
di tengahnya. Para pengunjung dapat memasuki rumah ibadah dari sisi mana saja,
namun mereka di satukan di bawah satu kubah. Acara ibadah terdiri dari
pembacaan Tulisan Suci Bahá’í dan Tulisan Suci agama-agama lain, dan
diperbolehkan pula adanya iringan musik tanpa instrumen (akapela). Tidak ada
khotbah, *ritus atau pendeta. Tiap tahun jutaan orang dari semua agama di dunia
mengunjungi rumah-rumah ibadah Bahá’í untuk berdoa dan bermeditasi.
Bahá’u’lláh bersabda bahwa rumah ibadah Bahá’í nanti akan
berfungsi sebagai titik pusat kehidupan rohani masyarakat. Di sekelilingnya
akan terdapat lembaga-lembaga yang antara lain bergerak dalam bidang ilmu
pengetahuan, pendidikan, sosial-kemanusiaan lainnya seperti rumah sakit dan
rumah jompo, dan administrasi masyarakat Bahá’í. Sehingga dengan demikian rumah
ibadah Bahá’í akan mewujudkan konsep perpaduan “ibadah dan pengabdian” sesuai
dengan ajaran Bahá’u’lláh.
TULISAN
SUCI BAHÁ’Í
Salah satu keunikan Wahyu Agama Bahá’í ialah masih
tersimpannya dengan baik semua Tulisan-tulisan Suci dalam bentuk asli yang
disahkan oleh Bahá’u’lláh sendiri, sehingga tidak ada keraguan atas
keasliannya. Dalam Ayat-ayat Suci-Nya yang diwahyukan antara tahun 1853-1892,
Bahá’u’lláh mengulas berbagai hal, seperti keesaan Tuhan dan fungsi Wahyu
Ilahi; tujuan hidup; ciri dan sifat roh manusia; kehidupan sesudah mati;
hukum-hukum dan prinsip-prinsip Agama; ajaran-ajaran akhlak; perkembangan
kondisi dunia serta masa depan umat manusia. Selain dituntun oleh Tulisan Suci
Bahá’u’lláh, kehidupan masyarakat Bahá’í juga dibimbing melalui buku-buku dan
surat-surat yang ditulis oleh ‘Abdu’l-Bahá dan Shoghi Effendi. Buku-buku Bahá’í
kini dapat dibaca dalam lebih dari 800 bahasa.

Kesimpulan
Baha’i menyatakan bahwa semua agama yang ada di dunia berasal dari satu
sumber yaitu satu kesatuan dasar dari semua kebenaran agama.begitu juga dengan
para nabi yang berasal dari satu Tuhan.semua agama harus menyesuaikan antara
sains dan pendidikan sehingga dapat memberikan satu tatanan perdamaian di dunia
mengakui persamaan antar bangsa dan adanya kesempatan yang sama antara kaum
laki-laki dan wanita.melalui berbagai pokok ajaran tersebut baha’i memperoleh
banyak pengikut di seluruh dunia.
DAFTAR
PUSTAKA
Ghazali Aceng muchtar,Ilmu Perbandingan
Agama,Pustaka Setia Bandung 2000
Esslemont,Bahaullah and the new era,Bahai
publishing Trust Book
Christie
leo,konsep roh dalam agama baha’i hal.10-15(skripsi) UIN Jakarta 2000
Hartz
paula,word religion baha’i faith e-book
Tidak ada komentar:
Posting Komentar